Wahai isteriku, janganlah engkau terlampau mencintaiku. Aku hanyalah sekadar makhluk yng tiada daya dan upaya. Aku tidak akan pernah bisa membelamu, kecuali kalau Allah mengaruniakan kekuatan kepadaku. Aku tidak akan pernah mampu memberi nafkah kepadamu walau satu rupiah pun, kecuali kalau Allah menitipkan rezeki kepadaku. Cintailah Allah, Pemilik alam semesta ini. Sekiranya Allah menyayangimu, maka dia pasti akan membela dan mencukupimu walaupun aku tidak berdaya untuk membela dan mencukupimu. Cintailah aku sekadar apa yang di perintahkan Allah kepadaku.
Subhanallah, tentu alangkah indahnya jika seorang suami berani berkata demikian kepada isterinya. Dan betapa teramat mulianya rumah tangga yang menjadikan cinta kepada Allah Azza wa Jalla sebagai prioritas utama sekaligus motifasinya dalam membangun keluarga.
Seorang isteri yang hanya mencintai Allah, dia bebakti kepada suami bukan agar suami mencintainya. Tidak heran kalau dia mampu menunjukkan bakti dan kesetiaannya kepada sang suami dengan begitu tulus. Manakala suami pulang dari mencari nafkah atau bepergian, dia akan senantiasa. menyambutnya dengan hati yang teramat tulus. Dari wajahnya terpancar keikhlasan, yang begitu dalam dan menggetarkan. sedangkan penampilannya, meskipun sederhana, namun sangatlah sedap dipandang suami.
Demikian pun ketika suami berangkat dari rumah, ia akan mengantarnya dengan hati dan tatapan yang penuh kasih sayang. Tidak diselimuti kekhawatiran, apalagi kecurigaan. Sementara dirinya yang tinggal dirumah pun mampu menjaga diri dan harta suami dengan sebaik-baiknya. Kalau berkata-kata, lisan sang istri akan selalu terjaga. Sekali-kali tidak akan pernah terlontar sepatah kata pun yang bisa membuat hati suami susah atau terluka. ( mudah-mudahan kelak aku bisa menerapkan terus hal ini dikehidupan rumah tanggaku, amin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar