Selasa, 20 Maret 2012

Kasih Bersimpang Jalan




Sejenak ku terdiam, memandangi lautan luas yang ada dihadapanku. Entah sudah berapa lama aku terdiam membisu duduk dipinggiran pantai yang sunyi ini. Hanya suara desiran ombak yang menepi. Ditambah sesekali suara kicauan burung yang terbang tepat diatas kepalaku saat ini. Hhhh…. Aku menghela nafas entah untuk yang kesekian kalinya. Rasa helaan nafas ini semakin berat saja.
 
***
“Sya… fahri memanggilku dengan suara pelan, dan tangannya menyentuh pundakku dengan rasa sayang”. Kamu sudah berapa lama duduk disini sendiri. Kami dari tadi menunggumu untuk makan siang bersama. Dicari-cari ternyata ada disini to… suara fahri terasa begitu tentram didengar. Membuat ku slalu merasa aman saat fahri ada bersamaku seperti saat ini.

“iya fai… jawabku sekenanya. Fahri memang biasa dipanggil fai oleh kami dan teman dekatnya’’. Aku lagi bosan di villa. Makanya aku kesini tuk menyegarkan pikiran fai. Jawabku sambil menoleh kearahnya. Entah kenapa saat memandang matanya, ada perasaan yang membuncah didada ini. Lalu kutepiskan, dan kembali menatap lautan yang tak bertepi diujung sana. “sya… aku kemari atas permintaan lila. Kakakmu dari tadi mencarimu kemana-mana. Tapi kamunya malah ga ada dikamar atau diberanda villa. Malah duduk sendirian disini, ingatkan tujuan kita ke villa ini untuk liburan bersama keluarga. Kebersamaan antara keluarga yang susah kita dapatkan jika dijakarta. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Nah, hanya moment seperti ini kan yang bisa kita lakukan, agar kita selalu dekat satu sama lainnya. Fahri bicara seraya duduk dan merapat disebelahku.


“maaf fai, tapi untuk saat ini aku lagi ga ingin diganggu. Biarlah aku disini, aku ingin menikmati Suasana pantai ini sendiri, tanpa ditemani siapa-siapa.  Biarpun itu kamu. Jawabku berusaha tenang sambil memainkan pasir-pasir putih yang membentang disepanjang pantai ini. Lebih baik kamu kembali ke villa. Temani kak lila, juga orang tua kita  disana. Nanti kalau hari mulai senja, baru aku kembali ke villa… “tapi sya… please.. aku mau kamu ada disana saat aku.. aku… bicara fahri mulai terbata-bata” udahlah fai. Jawabku memotong pembicaraannya.



 ‘aku tau kamu akan mengumumkan tanggal pertunanganmu dengan kak lila kan?” suaraku agak tertahan. Ga perlu aku ada disana, untuk mendengarkan semuanya. Bukankah kamu yang memutuskan semua ini. Kamu lebih memilih kak lila dibandingkan aku. Air mataku mulai menggantung dipelupuk mata. Tp ku usahakan untuk tidak menangis. Apalagi dihadapan fahri. Tidak! Aku ga akan menangis lagi untuk laki-laki yang ada disebelahku. Cukup sudah beberapa bulan belakangan ini, semua pikiran terkuras hanya untuk satu nama, yaitu fahri. Janjiku didalam hati sambil terus berusaha tegar.


Kembalilah ke villa sekarang. Katakanlah pada mama, papa dan juga yang lainnya, aku ga ikut makan siang bersama. Aku ada janji dengan seseorang setengah jam lagi. Dan mungkin sore nanti baru kembali. Tukasku dengan mencari-cari alasan, sambil melirik kearah fahri. “kamu janjian sama siapa sya… Tanya fahri. Bukankah kita baru 1 malam nginap divilla ini, setahuku, jarang ada rumah penduduk disekitar sini, kecuali jika kamu jalan beberapa kilo lagi. Atau jangan-jangan kamu mau ketemuan sama tamu yang nginap divilla lain ya??” Tebak fahri sedikit bercanda’’. Seketika lagi-lagi dia mangalungkan tangannya ke pundakku. ‘’eh, anak gadis pamali  tau jalan-jalan sendirian ditempat sepi begini. Nanti diculik sama orang bunian. Kata nenekku.. hehehe… canda fahri seraya tertawa manis dengan memandang tajam kearahku”. 


Aku yang ga tahan ditatap seperti itu, tak urung pun ikut tertawa juga. Huss!!  Kamu ini, sembarang aja klo bicara. Tukasku sambil berdiri, berusaha ga dekat-dekat dengan fahri. Nanti jika ada salah satu orang tua kami atau kak lila sendiri melihatnya, aku berdua-duaan seperti ini, bisa-bisa aku diumpat sama semua keluarga. Calon adik ipar, kok malah dua-duaan seperti ini. Ditempat yang sepi lagi. Habis aku! Pikirku sambil memainkan ujung sepatu  ke air. 
 

Ya terserah kamu lah sya… klo kamu maunya begitu, nanti aku sampaikan pada semua keluarga disana, kalo kamu pulang sore nanti. Jawab fahri agak setengah hati. Mungkin dalam hati dia merasa kecewa karena aku ga ikut makan siang yang sekalian dia akan  mengumumkan tanggal pertunangannya dengan satu-satunya kakakku. Kak lila…

*** 

Seketika fai pun beranjak dari duduknya, dan sekali lagi dihampirinya aku. Tanpa merasa canggung dikecupnya keningku dengan pelan dan hati-hati. “sya… aku tetap menyayangimu seperti dulu. Walaupun mungkin aku uda jahat mempermainkan perasaanmu, tp sungguh itu semua bukan keinginanku. Semua ini sudah ditentukan oleh kedua orang tua kita. Aku ga mau mengecewakan mereka. Ku harap kamu mau mengerti’’. Mungkin dengan pertunanganku ini bersama kakakmu, aku bisa membalas semua kesalahanku pada kakakmu. Aku yang menyebabkan dia menjadi seperti sekarang ini. Ujar fahri dengan nada penuh penyesalan.



 Walaupun kamu tau, aku ini Cuma anak angkat mereka. Selama ku hidup,mereka sudah banyak memberiku hal-hal yg  luar biasa, jadi dengan bertunangan dgn kakakmu, membuat mereka bahagia, itulah satu-satunya jalan yang bisa kulakukan tuk membalas semuanya. Kamu sudah dewasa sekarang sya… aku harap kamu bisa terima segala keputusanku ini… ucap fahri seraya menggenggam jemariku. Berharap aku akan setuju  menerima semua ini.

*** 

Ya tuhan… kenapa seperti ini hubunganku dengan fahri.. aku menggigit bibirku yang kelu.. “sudahlah fai… semua sudah ku ikhlaskan. Tatapku pada kedua bola matanya yang sayu. Aku ikhlas, jika kamu memilih kak lila. Mungkin dia lebih mencintaimu dari pada aku. Lagi pula, tentunya kak lila jauh lebih baik dariku. Apa yang musti ku takutkan? Tentunya aku merasa sangat bahagia. Melihat dua orang yang ku sayangi akan bersanding, membangun hidup rumah tangga sebentar lagi”. Tak urung pun aku memeluknya dengan perasaan yang campur baur. 


Disatu sisi, sulit melepaskan laki-laki yang amat ku cintai. Sampai keujung dunia pun mungkin tak pernah ku rasakan perasaan ini ke lelaki manapun. Cinta yang suci, tulus dari hati, sampai saat ini aku pun rela dan ikhlas hati melepasnya  ke pelukan kakakku sendiri. Tp disisi lain, aku pun mengerti posisi fahri sebagai anak sulung yang amat dicintai keluarganya. Walaupun fahri hanya anak angkat, tapi kasih sayang om fery dan tante lina melebihi segalanya.

       
***

Yah inilah hidupku.. aku dibesarkan dari keluarga yang sangat harmonis. Papa, mama sangat toleran terhadap segala urusan pribadiku dan kakakku. Mereka orang tua yang kooperatif tidak pernah memaksakan kehendak mereka pada kami. Sehingga kami tumbuh sampai dewasa seperti sekarang ini. Aku, fahri, juga kak lila besar bersama. Kak lila yang hanya dewasa dua tahun dariku membuat kami selalu kelihatan kompak. Kemana-mana selalu berdua. Bahkan kami pun tak mempunyai rahasia satu sama lain. Kecuali satu, perasaan ku pada fahri.

*** 

Fahri sendiri sangat sayang padaku. Dan dia sudah mengutarakannya 2 tahun lalu saat aku selesai wisuda dan menamatkan study sarjanaku. Aku yang sangat gemar dengan bidang psikologi, tidak butuh waktu lama tuk menyelesaikan studyku. Namun saat fahri, bilang dia mencintaiku, aku belum menanggapinya. Karena masih sibuk dengan pekerjaan yang akan aku geluti setelah wisuda ini. Yah, aku ingin berkarir dulu. disaat bersamaan setelah fahri mengutarakan perasaannya, tanpa sengaja,malam harinya,  ku temukan buku diary kak lila, yang mungkin dia lupa menaruhnya. 


Dan buku diary itu tergeletak begitu saja. Dan dengan seksama ku baca buku harian kak lila lembar per lembar didalamnya. Mulai dari awal ku buka sampai lembar terakhir, semua didalamnya berisikan tentang perasaannya pada fahri. Ternyata selama bertahun-tahun kak lila memendam perasaan cinta yang mendalam pada fahri. Sungguh, ini sangat membuat ku terpana. 

Ku hempaskan diary itu sesaat setelah ku habis membacanya. Pikiranku jauh melayang, tak tau harus berkata apa. Namun semua itu tak ku beritahukan pada kak lila. Aku tak mau dia menghujatku karena sudah lancang membuka dan membaca buku hariannya. Hari berlalu, bulan berganti dan sampai pada saat  malam tahun baru itu….

***

“tasya, ayo dong kita pergi.. ini kan malam tahun baru, sudah waktunya kamu bersantai sedikit. Lepaskan penatmu yang membuat dahimu semakin berkerut itu. ujar kak lila seraya merangkulku dengan sayang.” Yah, memang saat ini diriku juga sedang penat. Pekerjaan ku sebagai konsultan psikology sangat menguras pikiran. Karena banyak klien yang datang mengeluhkan masalah yang beraneka ragam. Sampai-sampai aku tidak sempat tuk memanjakan diriku dengan hiburan.  


“Tapi kak, ujarku malas malasan, masih ada beberapa email lagi yang harus kuselesaikan. Mungkin sekitar 2 jam lagi baru kelar,sahutku pelan tanpa menghiraukan ajakan kak lila.”kak lila yang merasa kehabisan ide untuk mengajakku, tak urung bangkit dan segera berlalu, sebelum dia pergi, sempat juga kutitipkan salam tuk fahri. Ya, biarlah malam tahun baru ini kak lila bersama fahri. Tanpa aku harus mengganggu mereka. 


Aku hanya ingin memberi keleluasaan pada kak lila berada didekat fahri. Seketika, ingat lagi kata-kata yang ditulis kak lila di diarynya, yang mengatakan bahwa kak lila sesungguhnya merasa sangat cemburu terhadapku. Karena fahri lebih perhatian dan lebih care sama aku dibanding dirinya.

***

ciiiittt… jeddeerrrrr….!!!!! Kyaaak.. ! dubrak..!!! suara mobil tiba-tiba menghantam trotoar dan terhempas ke kiri. Suara klakson mobil dari belakang berpacu dan sangat memekakkan telinga. Terdengar suara orang gaduh dan beberapa masyarakat mulai berdatangan menghampiri mobil naas itu. ya, mobil naas itu tak lain adalah mobil yang dikendarai fahri bersama dengan kak lila. Mereka agak sedikit mabuk karena baru saja menenggak sedikit alcohol. Hingga akhirnya laju mobil tak terkendali dan menabrak seorang pejalan kaki yang berada disebelah kiri trotoar. Hingga mobil pun tak bisa lagi dikuasai dan akhirnya menghantam sisi jalan sudirman, yang sangat padat.


Setelah mobil dibuka, terlihatlah seorang wanita bersimbah darah, dan seorang laki-laki yang hanya memar dibagian kepala. Untungnya sang lelaki tidak terlalu parah kondisinya, dibanding yang perempuan yang tak lain adalah kak lila dan fahri. Semua masyarakat membantu evakuasi korban dan mobil polisi pun terlihat sangat banyak. Mereka menginformasikan pada pusat bahwa terjadi kecelakaan di jalan sudirman tersebut. Dan meminta lokasi supaya di sterilkan dari orang banyak agar bisa segera dilakukan olah TKP. 
 
*** 

Saat itu, sesampainya dirumah sakit, aku, mama dan papa sangat panik dengan kondisi kak lila. Kami sangat takut kehilangan dia. Menurut penjelasan dokter tadi, kak lila harus menjalankan operasi amputasi. Karena tangannya yang sebelah kiri, tergencet pintu mobil dan sudah dalam keadaan membusuk. Sebaiknya segera dilakukan amputasi agar tidak menyebar sampai ke atas. Mendengar penjelasan dokter tersebut kami semua hanya tertunduk lemas dan tak henti-hentinya berdoa. Sementara disebelah kanan kami om feri dan tante lina orang tua dari fachri, hanya bisa menangis, karena sangat mencemaskan anak tunggal mereka yang kini sedang dalam perawatan dokter. 

*** 

3 bulan berlalu… kak lila, sudah mulai menerima kondisinya yang kini hanya tinggal satu tangan saja. Sementara fahri selalu merasa bersalah, karena ini semua adalah keteledorannya yang menyebabkan tangan lila harus diamputasi. Aku sudah melupakan perasaaan ku pada fahri, dan fahri sendiri pun mungkin enggan menyatakan lagi perasaannya terhadapku.. semua kini sudah berubah.. ada tanggung jawab yang harus dipikul fahri, yaitu membahagiakan kak lila, yang kini sudah cacat.


Aku juga harus membuang jauh-jauh perasaanku. Perasaan yang sudah ada dari semenjak remaja ini telah mendewasakanku bahwa kita tak bisa lari dari takdir. Ya, inilah takdirku. Diusia yang sudah matang ini 28 tahun, aku harus bisa berfikir bijak, mungkin inilah jalan yang TUHAN berikan untuk kehidupanku. Mungkin kan ada seseorang yang kn menantiku kelak.. entah siapa, tapi ku harap dia jodoh yang terbaik yang TUHAN berikan.


*** 

 
Saat ini, mataku memandang tubuh fahri yang berlalu..
Dalam hati ada sesak didada, tapi disisi lain ada perasaan lega karena semua sudah berada ditempat semestinya. Melihat kak lila yang akan bertunangan dengan fahri, membuat hatiku tegar. Lautan luas yang terhampar  dihadapanku, riak ombak yang menyapu pasir pantai adalah saksi bisu yang tau bagaimana perasaanku sesungguhnya…….


*******
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar